Oleh Suspa Yusmita
Di pabrik ini, kita semua sepakat bahwa inilah tempat dimana kita dapat memproduksi mimpi yang dilindungi dengan kemasan bernama seragam. Semua jenis mimpi dipoles dengan hati didikan sang pahlawan tanpa tanda jasa dan dipahat apik menggunakan aturan.
Tak lupa, mimpi diproduksi menggunakan mesin kebijakan yang mereka sendiri tak pernah melihat apa masalah produksi selama ini. Tetap saja, mesin kebijakan terus memberikan sistem untuk seluruh aktivitas di pabrik.
Mereka tidak menyadari banyak atap dan lantai pabrik yang bocor, dinding pabrik yang ditamui angin hingga badai, hingga mesin yang mulai berkarat.
Mendengar keluhan, mereka selalu sigap memoles mesin menggunakan pelumas yang katanya melancarkan sistem mesin agar tetap berjalan, tapi nyatanya yang rusak bukan hanya pada karatnya tapi arah jalannya.
Tidak kalah pentingnya, untuk meraih mimpi ini kita juga akan dihadapkan dengan fenomena angka menjadi kutukan mematikan bagi pabrik mimpi ini. Nilai dan pemeringkatan menjadi dewa dalam setiap produksinya, tanpa makna tanpa rasa.
Timbangan yang sama digunakan untuk mengukur kemampuan yang berbeda, apa artinya minat bakat beragam jika ceritanya begini. Pabrik mimpi ini memproduksi pengetahuan yang mengedepankan kuantitas tidak lagi kualitas. Alhasil, masyarakat banyak menolak, mengkritik, bahkan ada yang mencret hingga demam tinggi.
Lalu, banyak lagi mimpi yang ternyata salah cetakan, alhasil kita akan mendapati mimpi buruk di siang bolong. Katanya, gapailah mimpi setinggi langit mampu membawa kita jatuh diantara bintang-bintang, kenyataannya kita jatuh tertimpa tangga. Mimpi kita tidak lagi bernilai, tidak diterima dibandingkan mereka dengan pabrik mimpi yang megah, mesin canggih dan kemasan yang menarik.
Selamat datang di pabrik mimpi pendidikan kita. Semoga malam ini kita tidur dengan mimpi yang indah.